SHOLAT MERUPAKAN ISRA' MI'RAJ UMAT ISLAM


Achmad Syaifudin Choil

PAI NPNS Kecamatan Berbek

Sholat merupakan Isra’ dan Mi’raj Ummat Islam 

Bulan Rojab merupakan salah satu bulan yang dimulyakan Allah, seperti yang di firmankan dalam Alquran Surat At-taubah ayat 36 

 إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ ۚ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ 

 Artinya:"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah diwaktu dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram . Itulah (ketetapan) agama yg lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yg empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yg bertakwa”. (QS. at-Taubah 36) 

Dan di jelaskan Sabda Rosululloh yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Ahmad yang artinya: Empat bulan itu adalah, “Ketahuilah bahwa zaman dan waktu itu berputar sejak Allah Swt menciptakan Langit dan bumi 1 tahun 12 bulan dan diantaranya ada empat bulan yang dimuliakan yang dihormati (4 bulan Haram), 3 bulan beruntun Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram, dan yg keempat terpisah yg letaknya sebelum bulan Sya’ban yaitu bulan Rajab”. (HR. Bukhori dan Ahmad). 

Dibulan ini ter jadi peristiwa agung yaitu isra’ dan mi’rajnya Nabi kita Muhammad SAW. Dikala itu beliau sebelum peristiwa itu terjadi beliau dibedah dadanya dan dibersihkan hatinya dengan air zamzam oleh malaikat jibril.Setelah itu beliau di isra’kan dari masjidil haram ke masjidil aqsa dan kemudian mi’raj dari masjidil aqsa ke sidratul muntaha untuk menghadap Allah SAW. Seperti yang difirmankan dalam Alqur’an

 سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ 

Artinya: "Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat". 

Dari peristiwa itu kita bisa mengambil pelajaran dari sholat lima waktu yang ditentukan dalam syari’at Islam. Seperti hanya Rosululloh disucikan hatinya sebelum isra’, maka kita diperintah untuk mennsucikan diri sebelum menjalankan sholat baik dari najis maupun hadats. Apabila Rosululloh Isra dari masjidil haram ke masjidil aqsa, kita isra’ dari rumah menuju Masjid atau mushola untuk menjalankan shoalat berjamaah. Dan sholat merupakan mi’raj kita untuk berinteraksi langsung dengan Allah SWT. Saat sholat sesungguhnya seseorang itu sedang “naik” menghadap Allah, hal itu disebabkan waktu sholat seorang hamba itu perhatiannya, jiwa raganya ketika itu langsung naik dan tertuju kepada Allah SWT Dan berinteraksi dengan-NYA.

 Hal ini sering kita sebut dengan istilah Khusu’ yaitu: adanya penyatuan jiwa dan raga untuk menghadap sang pencipta. Sholat juga merupakan ibadah yang harus dilakukan secara totalitas. Apabila kita cermati didalam bacaan -bacaan Sholat mengandung ucapan atau do’a yang langsung kita sampaikan kepada Allah SWT.

 Seperti halnya didalam Do’a Iftitah kita mengakui keagungan allah dan kita berkata “Aku menghadapkan wajahku kepada Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi dengan segenap kepatuhan dan kepasrahan diri, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang menyekutukan-Nyai”. Selain itu kita menyatakan sendiri dengan ketulusan hati bahwa “sesungguhnya kita tidak memiliki suatu apapun didunia ini, baik sholat kita, ibadah kita, hidup kita, mati kita adalah milik Allah SWT”. 

Didalam Alfatihah kita langsung berkata “hanya kepadamu kami menyembah dan hanya kepadamu kami meminta pertolongan.” Kenapa didalam Alfatihah itu lafalnya berbunyi iyyaka dan tidak iyyahu? Hal itu disebabkan kita memang langsung berhadapan dengan-NYA.

 Dari sini kita bisa mengetahui bahwa ketika sholat sebenarnya kita sedang bermi’raj kepada Allah SWT. Sebab itulah sholat merupakan Ibadah yang paling Utama didalam ajaran agama Islam. Sholat merupakan bukti atau Identitas keimanan setelah Syahadat. Sholat juga merupakan pembeda antara Iman dan Kufur juga sebagai pilar Agama. Rosululloh bersabda:
رَأْسُ الأَمْرِالإِسْلاَمُوَعَمُودُهُالصَّلاَةُ 
Artinya: "Inti segala perkara adalah Islam dan tiangnya yang merupakan sholat." (HR. Tirmidzi no. 2616 dan Ibnu Majah no. 3973.) 

Ada juga hadits yang menegaskan bahwa sholat menjadi pembeda antara seorang muslim dengan orang kafir. "Perjanjian antara kami dengan orang kafir adalah sholat. Barangsiapa yang meninggalkan sholat maka ia telah kafir." (HR. Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasai danIbnuMajah).

 Shalat menjadi amal yang pertama yang akan dihisab sekaligus sebagai barometer amal-amal lainnya. Supaya shalat berfungsi sebagai media Mi’raj, hal pertama yang harus dilakukan tak lain perhatian yang sungguh-sungguh terhadap ibadah termulia tersebut. Diawali dengan introspeksi terhadap shalat dengan upaya pemenuhan syarat dan rukun serta kualitas pelaksanaannya. Kualitas shalat haruslah dimulai dengan memperhatikan kesempurnaan seluruh komponen pendukung. Mulai dari pakaian, wudu’, takbiratul ihram, niat dan khusyu’ di dalamnya. Shalat tidak sekedar bertujuan hanya untuk memenuhi kewajiban saja. Dari shalat yang berkualitaslah akan tercapai tujuan shalat. Mencegah perbuatan buruk dan mungkar. Allah SWT berfirman, 
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al ‘Ankabut: 45)

Komentar