Bentuk dan Contoh Sikap Riya’, serta Cara Menghindarinya
Nganjuk 19 November 2020
ACHMAD SYAIFUDIN CHOIL
PENYULUH AGAMA ISLAM NON PNS KECAMATAN BERBEK
Bentuk dan Contoh Sikap Riya’, serta Cara Menghindarinya
Setelah membahas tentang pengertian riya’ dan perkara yang memotori riya’, kini penulis akan membahas tentang bentuk dan contoh Sikap riya’, serta cara menghindarinya
Terdapat sebuah ungkapan yang dikemukakan oleh seorang sahabat Rasulullah SAW yang sangat zuhud kehidupannya, beliau juga termasuk salah seorang dari empat khulafa’ rasydin, yang juga mendapatkan berita gembira untuk masuk dalam surga Allah kelak. Beliau adalah Ali bin Abi Thalib. Ali bin Abi Thalib mengemukakan, tentang ciri-ciri riya’ yang terdapat dalam jiwa seseorang:
قاَلَ عَليٌِّ كَرَّمَ اللهُ وَجْههَُ، للِْمُرَائيِْ عَلامََاتٌ، يكَْسُلُ إذَِا كَانَ وَحْدَهُ، وَينَْشَطُ إذَِا كَانَ فيِ الناَّسِ، وَيزَِيْدُ فيِ
الْعَمَلِ إذَِا أثُْنىَ، وَينَْقصُُ إذَِا ذُمَّ
“Orang yang riya, terdapat beberapa ciri, (1) malas, jika seorang diri, (2) giat jika di tengah-tengah orang banyak, (3) bertambah semangat beramal jika mendapatkan pujian, (4) berkurang frekwensi amalnya jika mendapatkan celaan.”
Riya’ termasuk syirik Khofi ( Syirik yang tersembunyi), Ibarat seekor semut hitam diatas batu hitam ditengah kegelapan yang seringkali tidak kita rasakan kalau kita sedang menjalaninya dengan tanpa kita sadari, sengaja ataupun tidak sengaja.Untuk itu harus kita ketahui bentuk dan contoh riya’ agar kita tidak terjerumus didalamnya.
Bentuk dan Contoh Sikap Riya’
1. Riya dalam iman, dan inilah keadaan orang-orang munafik.
“Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan, ‘Kami telah beriman’.” (QS. Al-Baqarah: 14). Dan akibatnya adalah neraka.
2. Riya’ dengan (ibadah) wajib atau sunnah, maka dia menampakkannya ketika ia sendiri.
3. Riya’ dengan bentuk ibadah, seperti membaguskannya dan memperhatikan bentuk dhahirnya saja.
4. Riya’ dengan ucapan, dan ini khusus bagi para pemberi nasihat, maka dia menghafal agar dia pandai berbicara, berdebat, dan berdiskusi atau untuk memuji dirinya sendiri dan mempersiapkan proyek-proyeknya.
5. Riya’ dengan keadaan orang yang berbuat riya’, seperti (menampakkan) kurus dan pucatnya badan, agar disangka bersungguh-sungguh dalam beribadah, dan juga seperti menampakkan suara yang lemah dan keringnya bibir agar disangka berpuasa. Ini adalah masalah yang besar dan samudra yang bergelombang, termasuk ke dalamnya riya’ dengan pakaian, cara berjalan dan kewibawaan.
6. Riya’ dengan (akibat) yang terjadi setelah perbuatan, seperti orang yang menyukai agar diberi ucapan salam terlebih dulu, diberi sambutan dengan wajah yang ceria, dicukupi keperluan-keperluannya dan diberi kelapangan dalam majelis.
7. Riya’ dengan mencela diri, Mutharrif berkata, “Cukuplah seseorang dianggap sebagai ithara’ (melampaui batas dalam memuji), jika dia mencela dirinya di hadapan orang-orang seolah-olah engkau ingin memujinya dengan celaan tersebut, dan hal ini buruk menurutku.”
8. Mengharapkan dunia dengan mengikhlaskan amal. Syaikhul Islam berkata,
“Seperti orang yang tujuannya adalah pengagungan dan pujian dari manusia –misalnya-, dan dia mengetahui bahwasanya hal itu bisa didapat dengan ikhlas, maka dia di sini tidak mengaharapkan Allah, akan tetapi dia menjadikan Allah sebagai perantara (untuk mewujudkan) keinginannya yang rendah itu.”
9. Seorang hamba dalam beribadah menginginkan selain Allah. Dia senang orang lain tahu/melihat apa yang diperbuatnya. Dia tidak menunjukkan keikhlasan dalam beribadah kepada Allah dan ini termasuk jenis nifaq.
10. Seorang hamba beribadah dengan tujuan dan keinginannya ikhlas karena Allah, namun ketika manusia melihat ibadahnya maka ia bertambah giat dalam beribadah serta membaguskan ibadahnya. Ini termasuk perbuatan syirik tersembunyi.
11. Seorang hamba beribadah pada awalnya ikhlas karena Allah dan sampai selesai keadaannya masih demikian, namun pada akhir ibadahnya dipuji oleh manusia dan ia merasa bangga dengan pujian manusia tersebut serta ia mendapatkan apa yang diinginkannya (dunia, missal: dengan memperoleh kedudukan di masyarakat dan lainnya).
12. Riya’ badaniyah, yaitu perbuatan riya’ dengan menampakkan badan/jasadnya kurus karena banyaknya ibadah sehingga ia disebut sebagai orang ABID (Ahli Ibadah)
Cara Menghindari Riya’
Adapun cara menghindari riya’ para ulama berupaya memberikan berbagai jalan guna menemukan kiat-kiat agar terhindar dari keriyaan serta mampu menghadirkan keikhlasan dalam jiwa. Diantara cara yang mereka tawarkan adalah:
1) . Menghadirkan sikap muraqabatullah, yaitu sikap yang menghayati bahwa Allah senantiasa mengetahui segala gerak-gerik kita hingga yang sekecilkecilnya, bahkan yang tergores dan terlintas dalam hati sekalipun yang tidak pernah diketahui oleh siapapun. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW mengungkapkan, “..dan sempurnakanlah amal, karena Sang Pengawas
(Allah) Maha Melihat.,
وَأتَْقنِِ الْعَمَلَ فإَنَِّ الناَّقدَِ بصَِيْرٌ
..“ dan sempurnakanlah amal, karena Sang Pengawas (Allah) Maha Melihat,.
2) Seseorang perlu menyadari dan meyakini, bahwa dengan riya, seluruh amalannya akan tidak memiliki arti sama sekali. Amalannya akan hilang siasia dan akan musnah. Serta dirinya tidak akan pernah mendapatkan apapun dari usahanya sendiri.
3). Dirinya pun perlu menyadari, bahwa lambat launpun manusia akan mengetahui apa yang terdapat di balik amalan-amalan baik yang dilakukannya, baik di dunia apalagi di akhirat kelak.
4). Dirinya juga perlu meyadari pula bahwa dengan riya, seseorang dapat diharamkan dari surga Allah. Dalam hadits digambarkan, bahwa Rasulullah
SAW menangis, karena takut umatnya berbuat riya’. Kemudian beliau berkata, “Barang siapa yang belajar ilmu pengetahuan bukan kerena mencari keridhoan Allah tapi karena keinginan duniawi, maka dia tidak akan mencium baunya surga.”
5). Banyak berdzikir kapada Allah SWT, terutama manakala sedang menjalankan suatu amalan, yang tiba-tiba muncul pula niatan riya. Hal ini sebaiknya segera diterapi dengan dzikir.
Semua Ikhtiyar itu adalah harapan supaya amal-amal shalih kita menjadi ihlas.
Agar semua amal kita bisa diterima Allah SWT dan tidak sia-sia. Allah SWT
Berfirman dalan QS. At-Taubah :105
Dan katakanlah , Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rosulnya serta Orangorang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah SWT yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu Dia memberitahukn apa yang telah kamu kerjakan
Wallahu a’lam bish-showab
Ya Alloh jaukan kami dari sifat riya' . Artikel yang nambah ilmu
BalasHapus